Sabtu, 20 Juni 2009

Teknik dan Pendekatan Supervisi Pendidikan

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan arus perkembangan tersebut. Lulusan suatu sekolah harus sesuai dengan tuntutan perkembangan yang ada. Personil sekolah yang memadai kemampuannya menjadi perhatian utama bagi setiap lembaga pendidikan. Diantara personil yang ada, guru merupakan jajaran terdepan dalam menentukan kualitas pendidikan. Guru setiap hari bertatap muka dengan siswa dalam proses pembelajaran. Karena itu guru yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh setiap sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah memerlukan pendidikan profesional dan sistematis dalam mencapai sasarannya. Efektivitas kegiatan kependidikan di suatu sekolah dipengaruhi banyaknya variabel (baik yang menyangkut aspek personal, operasional, maupun material) yang perlu mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Proses pembinaan dan pengembangan keseluruhan situasi merupakan kajian supervisi pendidikan.

Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan para guru. Dengan kata lain kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan supervisi secara efektif. Sementara ini pelaksanaan supervisi di sekolah seringkali masih bersifat umum. Aspek-aspek yang menjadi perhatian kurang jelas, sehingga pemberian umpan balik terlalu umum dan kurang mengarah ke aspek yang dibutuhkan guru. Sementara guru sendiripun kadang kurang memahami manfaat supervisi. Hal ini disebabkan tidak dilibatkannya guru dalam perencanaan pelaksanaan supervisi. Padahal proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan. Supervisi merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi kekurangtepatan permasalahan yang berhubungan dengan guru pada umumnya. Kepala sekolah diharapkan memahami dan mampu melaksanakan supervisi karena keterlibatan guru sangat besar mulai dari tahap perencanaan sampai dengan analisis keberhasilannya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas guru ialah melalui proses pembelajaran dan guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus agar dapat melaksanakan fungsinya secara profesional (Sahertian, 2000:1). Pelaksanaan supervisi yang diasumsikan merupakan pelayanan pembinaan guru diharapkan dapat memajukan dan mengembangkan pengajaran agar guru dapat mengajar dengan baik dan berdampak pada belajar siswa. Supervisi berfungsi membantu guru dalam mempersiapkan pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan praktik. Pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dapat dipengaruhi sikap supervisor seperti bersikap otoriter, hanya mencari kesalahan guru, dan menganggap lebih dari guru karena jabatannya. Kasus guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak perlu karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih. Self evaluation merupakan salah satu kunci pelayanan supervisi karena dengan self evaluation supervisor dan guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga dimungkinkan akan memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan tersebut secara terus menerus. Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan dikaji adalah tentang konsep supervisi, proses pelaksanaan supervisi, tujuan dan fungsi supervisi, dan teknik dan pendekatan dalam kegiatan supervisi.

A. PENGERTIAN SUPERVISI Supervisi berasal dari kata supervision yang terdiri dari dua kata yaitu super yang berarti lebih dan vision yang berarti melihat atau meninjau. Secara terminologis supervisi sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan pada guru. Sehingga supervisi secara etimologis mempunyai konsekuensi disamakannya pengertian supervisi dengan pengawasan dalam pengertian lama, berupa inspeksi sebagai kegiatan kontrol yang otoriter. Nawawi (1988:103) mengemukakan bahwa supervisi sebagai melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan (orang yang memiliki kelebihan) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan. Inspeksi diartikan sebagai kegiatan menyelidiki kesalahan para bawahan (guru) dalam melaksanakan instruksi atau perintah serta peraturan dari atasannya. Supervisi terutama sebagai bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, dan pengawas serta supervisor lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Jika yang dimaksudkan supervisi adalah layanan profesional untuk meningkatkan proses dan hasil belajar, maka banyak pakar yang memberikan batasan supervisi sebagai bantuan kepada staff untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik (Depdikbud, 1975). Adams and Dickey (1959) memberikan batasan sebagai perencanaan program perbaikan pembelajaran. Sementara itu Wiles (1987) memberikan batasan supervisi yaitu supervision is service activity that exits to help teacher do their job better.. Gwynn (1961:8) mengemukakan supervision oroginated inspection of school and continued with that its major emphasis to about 1920. Carter dalam Soetopo dan Soemanto (1984:39) mengemukakan bahwa supervisi adalah segala usaha dari petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pembelajaran yang mencakup menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru, merevisi tujuan pendidikan lembaga pendidikan, bahan, metode, dan evaluasi pembelajaran. Wiles (1987) mengemukakan terdapat tiga aspek kegiaan supervisi yaitu aspek personil, aspek operasional, dan aspek material. Aspek personil meliputi subjek yang terlibat dalam suatu situasi supervisi. Aspek operasional mencakup aktivitas individu dan kelompok yang terlibat dalam suatu situasi dengan mendayagunakan segala sumber yang ada baik human resource dan nonhuman resource guna mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang telah ditetapkan. Aspek material mencakup segala benda baik yang bersifat hard ware maupun soft ware yang didayagunakan untuk memperlancar proses pembelajaran. Adapun aspek supervisi terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1 Aspek Supervisi Pendidikan

No


Personil


Material


Operasional

1


Kepala sekolah


Kurikulum


Proses mengajar guru

2


Guru


Buku pelajaran


Proses belajar siswa

3


Karyawan


Komputer


Proses administrasi sekolah

4


Pengawas


Sarana prasarana


Pelaksanaan evaluasi

Sumber: Burhanuddin, dkk (2007:3

B. PENTINGNYA SUPERVISI DILIHAT DARI TUJUAN DAN FUNGSINYA

Pentingnya supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha supervisi profesional guru akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar (Depdikbud, 1986).

Secara umum supervisi memiliki kegunaan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Wiles, 1987), melalui usaha peningkatan profesional mengajar (Depdikbud, 1975); menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri (Nawawi, 1983). Supervisi bertujuan sebagai berikut:

1. Memperbaiki proses belajar mengajar,

2. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui supervisi profesional,

3. Yang melakukan supervisi adalah supervisor,

4. Sasaran supervisi tersebut adalah guru, atau orang lain yang ada kaitannya atau dalam rangka memberikan layanan supervisi kepada guru,

5. Secara jangka panjang maksud supervisi tersebut adalah memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.

Berdasarkan tujuan-tujuan supervisi berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasikan semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan ketrampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru (Briggs, 1938). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan fungsi supervisi adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap guru-guru dalam wujud layanan profesional.

C. TEKNIK DAN PENDEKATAN SUPERVISI

Pendekatan supervisi adalah (1) pendekatan humanistic, (2) pendekatan kompetensi, (3) pendekatan klinis dan (4) pendekatan professional.

Seorang guru yang mendapat layanan supervisi akan mengalami proses belajar. Ia akan melakukan dari pengalaman mengajarnya dan dengan bantuan supervisor berusaha untuk memperbaiki prilaku mengajarnya. Dengan demikian, teknik supervisi yang dipakai untuk membantu guru harus didasarkan kepada teori dan prinsip belajar. Pengetahuan tentang teori belajar ini dapat diperoleh dari disiplin ilmu psikologi belajar. Dibawah ini diuraikan satu persatu pendekatan dan teknik dalam supervisi yang didasarkan atas aliran – aliran psikologi yang menjelaskan tentang proses belajar.

1. Pendekatan Humanistik

Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai sebagai alat semata- mata untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru bukan masukan mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan masukan sistem lain yang bersifat kebendaan. Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti pola perkembangan itu. Belajar harus dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang diambil secara rill.

Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan humanistik tidak mempunyai format yang standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya melakukan observai tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin ia hanya mendengar tanpa membuat observasi atau mengatur penataan dengan atau tanpa memberi sumber dan bahan belajar yang diminta guru. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian (pembicaraan awal), observasi,analisis ,dan interpretasi serta (pembicaraan akhir), maka supervisi dilakukan sebagai berikut :

1. Pembicaraan awal.

Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. Ini disebut dengan titik lanjutan atau berhenti (go – or – no- point)

2. Observasi.

Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam observasi kelas, supervisor masuk kelas dan duduk dibelakang tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan kelas.

3. Analisis dan interpretasi.

Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali kekantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawaban maka supervior tidak akan memberikan nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasehat oleh guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya supervisor akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang kireanya tepat dalam upaya mengawasi kesulitannya.

4. Pembicaraan akhir.

Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode ini guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan kalau – kalau guru perlu bantuan lagi.

5. Laporan.

Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atas kepala sekolah (kakandep), untuk bahan perbaikan selanjutnya

2. Pendekatan Kompetensi

Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya. Pendekatan kompetensi di dasarkan atas asumsi bahwa tujuan supervisi adalah membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Guru tidak memenuhi kompetensi itu dianggap tidak akan produktif. Tugas supervisor adalah menciptakan lingkungan yang sangat terstruktur sehingga secara bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Situasi yang terstruktur ini antara lain meliputi adanya: (1) definisi tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap kegiatan , (2) penilaian kemampuan mual guru dengan segala pirantinya, (3) program supervisi yang dilakukan dengan segala rencana terinci dengan pelaksanaannya dan (4) monitoring kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui apakah program itu berhasil atau tidak.

Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut :

1) Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikendaki. Misalnya kompetensi untuk mengajarkan sejarah dapat diuraikan kedalam kompetensi yang lebih rinci seperti kompetensi dalam membuat persiapan mengajar dengan memakai lebih dari satu sumber keterampilan mengelola kelas dimana digunakan metode diskusi atau keterampilan evaluasi tentang reaksi siswa dalam belajar sejarah dan sebagainya.

2) Pengetahuan ini dipakai untuk menentukan target supervisi yang akan datang.

3) Menetapkan target unjuk kerja. Dari komponen dan analisis kemampuan, supervisor dan guru menentukan target yang akan dicapai.

4) Menentukan aktifitas unjuk kerja. Misalnya, apabila tujuan supervisi itu adalah untuk mengubah aspek prilaku guru, maka harus dinyatakan secara jelas perubahan apa yang dikehendakinya dan kegiatan apa yang digunakan untuk mencapai perubahan itu. Dalam kegiatan ini, harus jelas jenis, jadwal, dan sumber yang perlu digunakan.

5) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja. Dalam memonitoring ini supervisor mengumpulan dan mengelola data menjadi informasi tentang seberapa jauh pencapaian target yang telah disetujui.

6) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring. Menilai berarti manafsirkan informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan sampai dimana target yang telah ditetapkan tercapai. Dalam hal ini perlu dilakukan penilaian diri sendiri oleh guru dan kemudian dibandingkan dengan penilaian supervisor terhadap unjuk kerja guru.

7) Pembicaraan akhir. Pembicaraan ini menyangkut diskusi secara intensif tentang pencapaian target, supervisor harus memusatkan perhatiannya untuk membantu guru melihat secara positif hasil penilaian itu. Dalam pembicaraan akhir ini harus dirumuskan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab guru.

Instrumen supervisi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah format – format yang berisi : (1) tujuan supervisi (2) target yang akan dicapai (3) tugas supervisor dan guru untuk memperbaiki unjuk kerja guru (4) kriteria pencapaian target (5) pengumpulan data monitoring (6) evaluasi dan tindak lanjut .

Analisis dilakukan secara bersama – sama (kolaboratif) antara supervisor dan guru, sehingga dicapai kesepakatan tentang status kompetensi guru setelah pelaksanaan supervisi. Kesepakatan inbi dilakukan melalui pembicaraan akhir.

3. Pendekatan Klinis

Asumsi dasar pendekatan ini adalah proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual. Oleh karena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru secara tatap muka dan individual. Pendekatan ini mengkombinasikan target yang tersruktur dan pengembangan pribadi.

Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan ada yang hubungannya dengan itu. Pembicaraan itu bertujuan untuk membantu. Pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi. Goldhmmer, Anderson dan Krajewski (1980) mengemukakan sembilan karateristik supervisi klinis, yaitu:

a) Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran

b) Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran

c) Berorientasi kepada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah, dan mengembangkan kebutuhan pribadi.

d) Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor.

e) Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian, dukungan dan komitmen untuk berkembang.

f) Suatu usaha yang sistematik namun memerlukan keluwesan dan perubahan metologi yang twerus menerus.

g) Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan antara keadaan real dan ideal.

h) Mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan denagn guru.

i) Memerlukan latihan untuk supervisor.

Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai keterampilan pada guru yang meliputi antara lain: a) keterampilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran secara analistis, b) keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti – bukti pengamatan yang jelas dan tepat . c) keterampilan dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaan dan d) keterampilan dalam mengajar.

Seperti yang telah disebutkan sasaran supervisi klinis adalah perbaikan cara mengajar dan bukan pengubahan kepribadian guru. Biasanya sasaran ini dioperasikan dalam sasaran – sasaran yang lebih kecil, yaitu bagian keterampilan mengajar yang bersifat spesifik, yang mempunyai arti sangat penting dalam proses mengajar. Analisis konstruktif dilakukan untuk dapat secara tepat memberi penguatan (reinforcement) kepada pola tingkah laku yang berhasil, dan mengarahkan serta tidak mencela atau menghukum pola – pola tingkah laku yang belum sukses.

Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah pengajaran di kelas. Sasaran supervisi klinis seringkali dipusatkan pada : (a) kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas menhgajar, (b) keterapilan – keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (generic skill) yang meliputi : (a) keterampilan dalam menggunakan variasi dalam menagajar dan menggunakan stimulasi, (b) keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar serta ,(c) keterampilan dlam mengelola kelas dan disiplin kelas.

Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis yaitu : (a) pembicaraan pra- observasi (b) melaksanakan observasi (c) melakukan analisis dan penentu strategi (d) melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi serta (e) melakukan analisis setelah pembicaraani

4. Pendekatan Profesional

Menunjuk pada fungsi utama guru yang melaksanakan pengajaran secara profesional. Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa karena tugas utama profesi guru itu adalah mengajar maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal – hal yang menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas guru yang bersifat administratif.

Di bawah ini dikemukakan teknik supervisi profesional sebagai berikut ini :

(1) Penataran yang diberikan kepada guru harus diberikan bersama dengan kepala sekolah (dan pengawas). Sekolah yang diberi penataran langsung disebut sekolah inti, dan sekolah yang mendapat penataran dari sekolah inti disebut sekolah imbas. Isi penataran bersama ini meliputi : (a) metode umum tentang pemanfaatan waktu belajar, perbedaan individual siswa, belajar aktif, belajar kelompok, teknik bertanya dan umpan balik, (b) metode khusus IPA,matematika, IPS, dan bahasa, (c) pengalaman lapangan para petatar dalam menerapkan metode umum dan metode khusus serta (d) pembinaan profesional.

(2) Penggugusan merupakan teknik pembinaan di dalam masing – masing sekolah maupun di dalam kelompok sekolah yang berdekatan.

KKG, KKKS, KKPS, dan PKG dipergunakan sebagai wadah pengorganisasian dan pembinaan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah unttuk melakukan kegiatan peningkatan kualitas pengajaran. KKG singkatan dari Kelompok Kerja Guru , berfungsi sebagai wadah untuk melakukan berbagai kegiatan penunjang , kegiatan belajar mengajar, antara lain merencanakan strategi belajar mengajar, membuat alat pengajaran, membuat lembar kerja/lembar tugas, dan mendiskusikan masalah – masalah yang dijumpai di kelas masing – masing guru. KKKS singkatan dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah, berfungsi sebagai wadah koordinasi dalam upaya pembinaan mata pelajaran, proses belajar mengajar, dan hal – hal lain yang berkenaan dengan pengelolaan sekolah umumnya dan pembinaan profesional khususnya. KKPS singkatan dari Kelompok Kerja Pengawas Sekolah, berfungsi sebagai wadah diskusi, tukar menukar informasi dan pengalaman, mencari dan menemukan alternatif penyelesaian masalah yang dijumpai di sekolah, serta menetapkan keseragaman tindakan dalam pembinan. PKG singkatan dari Pusat Kegiatan Guru. Jika KKG, KKKS, dan KKPS menunjukan pada kegiatan maka PKG merupakan tempat berlangsungnya KKG, KKKS, Maupun KKPS.

D. Proses Pelaksanaan Supervisi Pendidikan

Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan. Menurut Tim Pakar Manajemen Pendidikan (2004:53) secara umum proses pelaksanaan supervisi dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Perencanaan Kegiatan perencanaan mengacu pada kegiatan identifikasi permasalahan. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan supervisi adalah 1) mengumpulkan data melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat staf, 2) mengolah data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap data yang dikumpulkan, 3) mengklasifikasi data sesuai dengan bidang permasalahan, 4) menarik kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, 5) menetapkan teknik yang tepat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan profesionalisme guru.

2. Pelaksanaan Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan nyata yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan guru. Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan pemberian bantuan dari supervisor kepada guru agar pelaksanaan dapat efetif harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan terlaksananya teknik supervisi melainkan ada follow up untuk melihat keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi.

3. Evaluasi Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk menelaah keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif. Sasaran evaluasi supervisi ditujukan kepada semua orang yang terlibat dalam proses pelaksanaan supervisi. Hasil dari evaluasi supervisi akan dijadikan pedoman untuk menyusun program perencanan berikutnya. Soetopo dan Soemanto (1984: 84-85) mengemukakan evaluasi berpedoman pada tujuan yang telah ditetapkan dan tujuan supervisi dirumuskan sesuai dengan corak dan tujuan sekolah. Prosedur supervise menempuh tiga langkah, yaitu pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan (Burhanuddin dkk, 2007:36). Di bawah ini diuraikan tentang tiga langkah tersebut.

(1) Tahap Pertemuan Pendahuluan

Supervisi dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru, bukan kebutuhan kepala sekolah atau supervisor. Untuk itu pada tahap pertemuan pendahuluan kepala sekolah (supervisor) membicarakan kemampuan mengajar yang ingin ditingkatkan oleh guru, ditentukan aspek-aspeknya, kemudian disepakati bersama oleh guru dan supervisor. Pelaksanaan supervisi pada tahap pendahuluan ini membutuhkan kiat supervisor dalam menciptakan suasana yang menyenangkan, suasana kekeluargaan, kesejawatan, dan kehangatan.

Guru tidak merasa takut atau tertekan sehingga guru mau dan berani mengungkapkan permasalahan dan kebutuhan dalam mengajar di kelas. Kalau guru belum berani mengungkapkan permasalahan mengajar yang dihadapinya, maka supervisor diharapkan mampu memancing pembicaraan guru dengan pertanyaan yang baik. Demikian seterusnya sampai terjadi komunikasi yang baik antara supervisor dan guru. Kalau guru sudah mengungkapkan apa yang ingin dikembangkan atau kemampuan apa yang ingin ditingkatkan maka disepakati bersama menjadi semacam kontrak antara guru dan supervisor. Kontrak inilah yang menjadi pusat perhatian dalam tahap observasi kelas dan pertemuan balikan.

Kegiatan di dalam tahap pendahuluan yaitu: Supervisor menciptakan suasana intim dan terbuka, mereview rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, yang mencakup tujuan pembelajaran, bahan, kegiatan belajar mengajar, serta alat evaluasi, mereview komponen ketrampilan yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan belajar mengaja. Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan digunakan,dan mendiskusikan instrumen tersebut termasuk tentang cara penggunaannya, serta data yang akan dijaring. Hasilnya berupa kontrak yang disepakati bersama.

(2) Tahap Observasi Kelas (Observasi Guru yang sedang Mengajar)

Observasi kelas sangat perlu dilakukan oleh supervisor. Neagley dan Evan dalam Mantja (1998) mengemukakan bahwa observasi dan kunjungan kelas yang diikuti dengan conference (pre dan post) adalah tulang punggung supervisi. Pada tahap ini guru mengajar di kelas dengan menerapkan komponen-komponen keterampilan yang telah disepakati pada pertemuan pendahuluan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan observasi ini yaitu: Catatan observasi harus lengkap, supaya analisisnya tepat, objek observasi harus terfokus pada aspek ketrampilan tertentu, selain rekaman observasi, dalam hal tertentu supervisor perlu membuat komentar-komentar yang letaknya terpisah dengan hasil rekamaan observasi, kalau ada kata-kata guru yang mengganggu proses belajar mengajar juga perlu dicatat oleh supervisor, supervisor hendaknya berusaha agar selama observasi guru tidak gelisah tetapi berpenampilan secara wajar.

(3) Tahap Pertemuan Balikan Secara rinci kegiatan supervisor dan guru dapat ditelaah pada paparan berikut ini: Supervisor memberi penguatan serta mewujudkan perasaan guru secara umum selama mengajar. Hal ini untuk menciptakan suasana akrab dalam pertemuan balikan, mereview tujuan pembelajaran, mereview tingkat ketrampilan serta perhatian utama guru dalam mengajar, supervisor menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian utama. Pertanyaan diawali dengan hal-hal yang menyenangkan guru karena keberhasilannya, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang dianggapkan kurang berhasil, menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasi awal oleh supervisor, kemudian memberi waktu guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya, secara bersama-sama, menanyakan kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpretasinya, menanyakan perasaan guru tentang melihat keinginan yang sebenarnya dicapai, menyimpulkan hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya dicapai, menentukan bersama rencana mengajar yang akan datang baik berupa dorongan untuk meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai pada tahap sebelumnya (proses belajar mengajar yang telah dilakukan) maupun ketrampilan-ketrampilan yang perlu disempurnakan.

Kesimpulan

Supervisi merupakan bantuan dalam wujud layanan profesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, terutama dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan supervisi adalah terbaikinya proses belajar mengajar, yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan, dan arahan. Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan. Prosedur supervisi juga dapat dilaksanakan dengan proses yaitu pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan. Pelaksanaannya supervisi pengajaran berkembang melalui pendekatan-pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu. Pendekatan yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinik serta pendekatan yang bertitik tolak pada psikologi belajar, yaitu psikologi humanistik, kognitif, dan behavioral.

DAFTAR PUSTAKA

http://borneoneo.wordpress.com/2008/09/16/tujuan-dan-fungsi-supervisi/

http://tikky-suwantikno.blogspot.com/2008/02/supervisi-pendidikan.html
http://imamgun08.blogspot.com/2009/02/tinjauan-kegunaan-supervisi-pendidikan.html

Minggu, 24 Mei 2009

Penilaian dalam pembelajaran SD

Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Tes dan Penilaian (Assessment)
Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful, information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.
Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.
Tujuan Penilaian
Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
1. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
2. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
3. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi.
4. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
5. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.
6. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.
Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian.
Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.
Manfaat penilaian antara lain sebagai berikut:
1. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
2. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
3. Untuk umpan balik bagi pendidik dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
4. Untuk masukan bagi pendidik guna merancang kegiatan belajar.
5. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite satuan pendidikan tentang efektivitas pendidikan.
6. Untuk memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Diknas Daerah) dalam mempertimbangkan konsep penilaian kelas yang digunakan.
Penilaian memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan.
4. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
5. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan peserta didik.
Keungulan Penilaian adalah :
Berikut ini dikemukakan sejumlah keunggulan penilaian yaitu :
• Pengumpulan informasi kemajuan belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan dan memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya.
• Prestasi belajar siswa terutama tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok, tetapi dengan prestasi atau kemampuan yang dimiliki sebelumnya; dengan demikian siswa tidak didiskriminasi (lulus atau tidak lulus, pintar atau bodoh (masuk ranking berapa), tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.
• Pengumpulan informasi dilakukan dengan berbagai cara agar gambaran kemampuan siswa dapat lebih lengkap terdeteksi atau terungkap.
• Siswa tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang tersedia, tetapi lebih dituntut mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri.
Pendekatan Penilaian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-referenced assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau criterion referenced assessment). Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan yang dipakai. Pada penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta didik dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat penilaian yang sama. Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan. Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang kadang dapat digunakan penilaian acuan norma, untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang mana, untuk mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.
Unsur-unsur penilaian antara lain:
1. Ada proses pengukuran dengan standar yang ada.
2. Ada standar yang dijadikan pembanding.
3. Terjadi proses perbandingan dengan hasil.
4. Ada hasil penilaian yang bersifat kualitatif.

Guru perlu melakukan penilaian untuk:
1. Mengetahui tingkat keberhasilan siswa.
2. Mengetahui kesesuaian materi yang diajarkan.
3. Memberikan informasi kepada orang tua.
4. Memberikan informasi kepada sekolah.
5. Memberikan informasi kepada pihak luar, BP, atau staf pengajar yang lain.
Ciri-ciri penilaian antara lain:
1. Belajar tuntas
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Guru harus mempertimbangkan antara waktu yang diperlukan berdasarkan karakteristik peserta didik dan waktu yang tersedia di bawah kontrol guru (Depdiknas, 2006:4).
Peserta didik dalam belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, mereka dapat berhasil jika kompetensi awal mereka terdiagnosis secara benar dan mereka diajar dengan metode dan materi yang berurutan mulai dari tingkat kompetensi awal mereka.
2. Penilaian Otentik
Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Proses penilaian mencerminkan masalah dunia nyata, menggunakan berbagai ukuran, metode, teknik dan kriteria sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. Penilaian bersifat holistik, mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran.
3. Berkesinambungan
Penilaian kelas memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.
4. Acuan kriteria / patokan
Prestasi kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan peserta kelompok, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sebelumnya dan patokan yang ditetapkan.
5. Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian
Penilaian kelas menggunakan berbagai cara dan alat penilaian. Agar tujuan tercapai, guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya. Tujuan dan pengalaman belajar tertentu mungkin cukup efektif dinilai melelui tes tertulis, sedangkan tujuan dan pengalaman belajar yang lain (seperti berbicara) akan sangat efektif dinilai dengan unjuk kerja.
Kriteria penilaian kelas antara lain:
1. Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, misalnya indikator ” mempraktikkan gerak dasar jalan..”, maka penilaian valid apabila mengunakan penilaian unjuk kerja. Jika menggunakan tes tertulis maka penilaian tidak valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. Misal, pendidik menilai dengan unjuk kerja, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas.
3. Menyeluruh
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar. Penilaian harus menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi peserta didik, sehingga tergambar profil kompetensi peserta didik.
4. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
5. Obyektif
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.
6. Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi pendidik, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Cara / Teknik Penilaian
1. Penilaian Unjuk Kerja
a. Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dan lain-lain. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
b. Teknik Penilaian Unjuk Kerja
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen berikut:
a. Daftar Cek (Check-list)
Pengambilan data penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak).
b. Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten.
2. Penilaian Tertulis
a. Pengertian
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Penilaian jenis ini cenderung digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berkaitan dengan konsep, prosedur, dan aturan-aturan. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
b. Teknik Penilaian
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a). Soal dengan memilih jawaban
• pilihan ganda
• dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
• menjodohkan
b). Soal dengan mensuplai-jawaban.
• isian singkat atau melengkapi
• uraian terbatas
• uraian obyektif / non obyektif
• uraian terstruktur / nonterstruktur .
3. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.



b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, pendidik perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
4. Penilaian Produk
a. Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
b. Teknik Penilaian Produk Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
5. Penilaian Portofolio
a. Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik yang dikumpulkan dari waktu ke waktu dari proses pembelajaran dan membandingkan hasil setiap karya tersebut. Dan pada setiap hasil karya peserta didik diungkapkan kekuatan dan kelemahannya, sehingga peserta didik memiliki catatan-catatan yang dapat memperbaiki hasil karyanya.
b. Teknik Penilaian Portofolio
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh pendidik untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya.
2). Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.
3). Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di satuan pendidikan.
4). Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5). Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik. Contoh, Kriteria penilaian kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik mengetahui harapan (standar) yang ditetapkan dan berusaha mencapai standar tersebut.
6). Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Pendidik dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya.
7). Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki.
8). Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.


Teknik Tes
Tes ialah alat ukur/sejumlah tugas yang harus dikerjakan orang yang dites (testee) yang akan diukur aspek-aspek kepribadiannya yang dianggap dapat mencerminkan hasil belajar. Jadi, teknik tes merupakan suatu bentuk pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa yang sedang dites.
Tes ditinjau dari penyusunannya, dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tes buatan guru
Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru kelas itu sendiri untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan setelah berlangsungnya proses pengajaran yang dikelola oleh guru kelas yang bersangkutan.
Tes buatan guru digunakan untuk:
1) mengetahui kadar pencapaian tujuan,
2) mengetahui tingkat penguasaan bahan siswa,
3) memberikan nilai kepada siswa sebagai laporan hasil belajar di sekolah.
b. Tes standar
Standar diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan tertentu yang harus dimiliki siswa pada progam-progam tertentu. Penulisan tes standar biasanya dilakukan oleh sebuah tim yang sengaja dibentuk dengan bahan yang didasarkan pada kurikulum atau buku-buku teks yang dipakai secara nasional.
Tes standar bersifat seragam dan dipergunakan di semua sekolah, jadi bersifat nasional. Tes standar ini dibuat oleh tim. Soal UAN adalah satu contoh tes standar yang digunakan untuk:
1) melengkapi informasi tertentu tentang tingkat hasil belajar siswa,
2) melihat hasil tes standar yang dapat dipergunakan untuk membuat perbandingan tentang prestasi yang dicapai siswa antarsekolah, baik dalam matapelajaran yang sama maupun antarmateri pelajaran.
Dengan melihat hasil itu akan diketahui, sekolah yang tergolong berprestasi/tidak sehingga dapat mendorong adanya persaingan yang sehat, baik antarsekolah, antarindividu, maupun antarkelas dalam satu sekolah.

Macam-macam tes pengukur keberhasilan
1. Tes kemampuan awal
2. Bentuk tes
a. Pengertian Tes Uraian (subyektif test)
Tes uraian (essay test), sering dikenal dengan istilah tes subyektif, adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan berikut ini:
1. Tes berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian.
2. Bentuk-bentuk pertanyaan menuntut kepada testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebaginya.
3. Jumlah butir soalnya umumnya terbatas.
4. Umumnya soal tes uraian diawali dengan kata-kata: “Jelaskan…”, “Terangkan…”, dan lain-lain.
Penggolongan Tes Uraian
Tes uraian dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: tes uraian bentuk bebas atau terbuka, yakni jawaban yang dikehendaki muncul dari testee sepenuhnya. Artinya testee mempunyai kebebasan seluas-luasnya dalam merumuskan, mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian. Adapun, tes uraian bentuk terbatas, artinya jawaban yang dikehendaki muncul dari testee adalah jawaban yang sifatnya sudah lebih terarah.
Segi-segi Kebaikan dan Kelemahan Tes Uraian
Keunggulan – keunggulan :
1. Tes uraian merupakan jenis tes yang pembuatannya dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
2. Dapat dicegah memungkikan timbulnya permaianan spekulasi dikalangan testee.
3. Penyusunan soal akan dapat mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan tingkat penguasaan testee dalam memahami materi.
4. Testee akan terdorong dan terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat dengan menggunakan gaya bahasa hasil olahan sendiri.
Kelemahan :
1. Kurang dapat menampung atau mencakup dan mewakili isi dan luasnya materi yang telah diberikan kepada testee.
2. Cara mengoreksi jawaban cukup sulit.
3. Dalam pemberian skor hasil tes uraian, tedapat kecenderungan testee bersifat subjektif.
4. Pekerjaaan koreksi terhadap lembar jawaban sulit diserahkan kepada orang lain.
5. Daya ketepatan mengukur (validitas) dan daya keajegan mengukur (reliabilitas) yang dimiliki tes uraian umumnya rendah sehingga kurang dapat diandalkan.
b. Tes Obyektif (Objective Test)
. 1. Pengertian Tes Obyektif
Tes ini dikenal dengan istilah tes jawaban pendek, tes “ya-tidak” dan tes model baru, adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab testee dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item atau dengan cara menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan.
2. Penggolongan Tes Obyektif
1. Tes Obyektif Bantuk Benar-Salah (True-False Test)
Butir-butir soal yang diajukan berupa pernyataan, pernyataan itu ada yang benar dan ada yang salah.
Kelebihannya :
a. Pembuatannya mudah.
b. Dapat dipergunakan berulang kali
c. Mencakup bahan pelajaran yang luas.
d. Tidak terlalu banyak memakan lembaran kertas.
e. Cara mengerjakannya mudah (bagi testee).
f. Cara mengoreksinya mudah (bagi tester).
Kekurangannya
a. Peluang bagi testee untuk berspekulasi dalam meberi jawaban.
b. Bersifat hafalan.
c. Reliabilitasnya rendah.
d. Tes ini dapat dijawab dengan dua kemungkinan saja, benar dan salah.
2. Tes Obyektif Bentuk Menjodohkan (Matching Test)
Terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Testee bertugas mencari dan menempatkan jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan.
Kelebihannya :
a. Pembuatannya mudah.
b. Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan obyektif.
c. Tes ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat dihilangkan.tes ini berguna untuk problem dan penyelesainnya, teori dan penemuannya, sebab dan akibatnya.
Kelemahannya :
a. Cenderung hafalan dan daya ingat saja.
b. Tes ini dijadikan “pelarian” bagi pengajar, jika pengajar tidak sempat dalam membuat tes.
c. Kurang baik untuk evaluasi pengertian dan intepretasi.
d. Tes ini sering terselip atau masuk hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk disajikan.
3. Tes Obyektif Bentuk Isian (Fill in Test)
Berbentuk cerita atau karangan. Tugas testee adalah mengisi bagian -bagian yang telah dikosongkan.


Kelebihannya :
a. Masalah yang diujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya.
b. Berguna untuk mengungkap pengetahuan testee secara bulat atau utuh mengenai suatu hal.
c. Cara penyusunan itemnya mudah.
Kekurangannya :
a. Lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan saja.
b. Tes ini banyak memakan tempat karena tertuang dalam rangkaian cerita.
c. Kurang komprehensif
d. Terbuka peluang bagi testee untuk berspekulasi.
4. Tes Obyektif Melengkapi (Completion Test)
Tes ini terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan. Bagaian-bagian yang hilang itu diganti dengan titik-titik yang harus diiisi oleh testee.
Kelebihannya :
a. Sangat mudah dalam penyusunannya.
b. Lebih menghemat tempat (menghemat kertas).
c. Persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh tes model ini.
d. Digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja.
Kekurangannya :
a. Lebih cenderung mengungkap daya ingat atu apek hafalan saja.
b. Butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk diajukan.
c. Tester kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat dalam soal.
5. Tes Obyektif Bantuk Pilihan Ganda ( Multiple Choice Item Test)
Kelebihan :
a. Sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang diajarkan kepada peserta didik atau telah diperintahkan kepada peserta didik untuk mempelajarinya.
b. Lebih memungkinkan testee untuk bertindak lebih obyektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar jawaban soal, menentukan bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya.
c. Mengorksi hasil tes obyektif jauh lebih mudah dan lebih cepat ketimbang mengoreksi hasil tes uraian.
d. Tes obyektif memberikan kemungkinan kepada orang lain untuk ditugasi atau dimintai bantuan guna mengoreksi hasil tes tersebut.
e. Butir-butir soal pada tes obyektif, jauh lebih mudah dianalisis, baik abalisis dari segi derajat kesuakarannya, daya pembedanya, validitas maupun reliabilitas.
Kelemahan :
a. Tidak mudah dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif .
b. Umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkapkan proses berpikir yang lebih tinggi atau mendalam.
c. Terbuka kemungkinan bagi testee untukbermain spekulasi, tebak terka, ada untung dalam memberikan jawaban soal.
d. Cara memberikan jawaban soal pada tes obyektif, dipergunakan simbol-simbol huruf yang sifatnya seragam.












2. Bagaimana sebaiknya proses evaluasi pembelajaran Bahasa di SD
Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD hingga lulus SMA. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Kemudian pada saat SMP dan SMA siswa juga mulai dikenalkan pada dunia kesastraan. Dimana dititikberatkan pada tata bahasa, ilmu bahasa, dan berbagai apresiasi sastra. Logikanya, telah 12 tahun mereka merasakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di bangku sekolah. Selama itu pula mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak pernah absen menemani mereka. Berikut akan diuraikan mengenai proses evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia di SD yang baik.
Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah sesuatu yang telah kita kerjakan (program pengajaran) telah berhasil atau belum melalui suatu alat pengukuran yang dapat berupa tes ataupun nontes.. Adapun tujuan penilaian adalah 1) untuk memberikan informasi kemajuan hasil belajar siswa secara individu dalam mencapai tujuan sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukan; 2). informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar mengajar lebih lanjut; informasi yang dapat digunakan guru untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa; 3) memberikan motivasi belajar siswa, menginformasikan kemauannya agar terangsang untuk melakukan usaha perbaikan; 4) memberi informasi tentang semua aspek kemajuan siswa; dan 5) memberi bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya.
Untuk dapat melaksanakan penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia dengan baik, perlu juga diketahui prinsipnya. Secara umum prinsip penilaian itu adalah menyeluruh, berkesinambungan, bermakna, berorientasi pada tujuan, objektif, terbuka, kesesuaian, dan , mendidik.
Sebagai guru kita harus mengetahui bagaimana menilai kemampuan siswa. Dalam penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia SD, penilaian yang dilakukan harus meliputi penilaian hasil belajar Bahasa Indonesia dan penilaian proses belajar Bahasa Indonesia. Penilaian . hasil belajar Bahasa Indonesia dapat diperoleh dengan menggunakan evaluasi berupa tes dan nontes. Alat tes berupa soal-soal dan alat nontes. berupa tugas-tugas yang diberikan. Evaluasi proses belajar Bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan observasi, kuesioner, lembar pengamtan
Perekaman kompetensi pada saat berlangsungnya proses pembelajaran dapat dipandang sebagai pengukuran proses, sedangkan apabila hal itu dilakukan sesudah berakhirnya proses pembelajaran dipandang sebagai pengukuran produk/hasil. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai bentuk soal dan jenis pengujian yang sesuai dengan karakteristik kemampuan dasar yang diuji.
Ada sejumlah alat/instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, secara garis besar digolongkar 2 macam, yaitu non tes (bukan tes) dan tes. Materi mengenai nontes dan tes akan dibicarakan pada bagian berikut ini.
Teknik Nontes dalam Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
Instrumen nontes dapat berupa (1) portofolio, (2) lembar observasi, dan 3) wawancara. Adapun jenis tagihan yang berupa nontes di antaranya berupa tugas-tugas yang dilakukan di luar jam pembelajaran dapat berupa tugas rumah (PR) dan tugas-tugas lain seperti membuat, menulis, melaporkan, menganalisis sesuatu yang membutuhkan waktu yang relatif lama, baik secara individual maupun kelompok. Di samping itu, jenis tagihan dapat juga berupa portofolio, yaitu suatu prestasi yang diperoleh siswa pada suatu kurun tertentu.
Portofolio
Instrumen ini sengaja dibahas karena dalam KBK dan penilaian berbasis kelas, portofolio merupakan salah satu bentuk penilaian. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya adalah -penilaian terhadap karya-karya siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sernua tugas penulisan yang dikerjakan siswa delam jangka waktu tertentu, misalnya satu semester dikumpulkan, kemudian dilakukan penilaian. Jadi, portofolio itu dapat berupa portofolio produk, portofolio proses, dan portoflio dokumen.


Instrumen Observasi
Instrumen observasi digunakan untuk mengamati performansi berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, menulis, dan membaca) dapatt menggunakan bentuk instrumen ini.
Teknik Wawancara
Teknik wawancara pada suatu segi mempunyai kesamaan arti dengan tes Iisan yang telah diuraikan terdahulu. Teknik wawancara ini diperlukan guru untuk tujuan mengungkapkan atau mengejar lebih lanjut tentang hal-hal yang dirasa guru kurang jelas informasinya. Teknik wawancara ini dapat pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami siswa tanpa ada maksud untuk menilai
Saudara, walaupun pada kenyataannya guru jarang menggunakan teknik nontates, tetapi alangkah baiknya Saudara mencoba merancang teknik ini untuk penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia.
TeknikTes dalam Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tes adalah suatu cara atau sarana untuk mengukur hasil belajar. Melalui tes kita dapat mengukur prestasi siswa. Jika alat penilaian yang berupa teknik nontes lebih banyak berurusan dengan data-data kualitatif, teknik tes sebaliknya justru lebih banyak menyangkut data-data kuantitatif Data-data itu biasanya berupa angka atau skor yang melambangkan tingkat kemampuan tertentu siswa yang dites.
Jenis tagihan yang berupa tes antara lain berupa pertanyaan Iisan di kelas, kuis, ulangan harian, tes formatif/ujian blok, tes sumatif/ujian semester, tugas individual, dan tugas kelompok yang dikerjakan di luar jam pembelajaran. Pertanyaan lisan di kelas dan ulangan harian dapat berwujud pertanyaan-pertanyaan yang menjadi bagian proses pembelajaran, baik yang ditujukan kepada individu• maupun kelompok, atau ulangan/latihan setelah berakhirnya suatu materi pembelajaran tertentu dalam waktu yang relatif pendek.
Pemilihan jenis ujian bergantung pada kompetensi dasar, indikator, materi pokok pembelajaran, dan pengalaman belajar yang akan diuji. !ndikator yang meminta siswa melakukan kegiatan berbahasa secara langsung atau lisan, yaitu:. menyimak. membaca bersuara, dan berbicara, lebih tepat diuji melalui perintah di kelas dan ulangan harian dengan tes performansi. Adapun indikator yang menuntut kemampuan berpikir, yang dapat diuji melalui ujian tertulis tepat dilakukan dengan ujian formatif dan sumatif. indikator yang meminta siswa melaksanakan kegiatan berbahasa tulis yang membutuhkan waktu banyak, misalnya mengarang, membuat sinopsis cerpen, membuat laporan kegiatan, dan lain-lain tepat diujikan dalam bentuk pemberian tugas yang dikerjakan di luar kelas, baik secara individual maupun kelompok.
Secara garis besar bentuk tes atau soal ujian Bahasa Indonesia dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu (1) tes objektif, (2) tes nonobjektif (esai), dan (3) tes perbuatan. Tes bentuk objektif mengacu pada pengertian bahwa jawaban siswa diperiksa oleh siapa pun dan kapan pun akan menghasilkan skor yang kurang Iebih sama karena tes objektif hanya memiliki satu alternatif jawaban yang betul. Jenis tes objektif yang banyak dipergunakan orang adalah tes jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choise), isian (completion), dan penjodohan (matching).
Berikutnya adalah tes uraian atau tes esei. Tes ini lebih kompleks daripada tes objektif. Tes ini menuntut kemampuan berpikir dan bernalar. Namun, tes ini memiliki kelemahan, yaitu sulit untuk membuat kunci jawaban yang pasti karena jawabannya berbeda-beda satu sama lain dalam cara mengungkapkan pendapatnya, lebih subjektif.
Selain kedua bentuk di atas, ada tes berupa perbuatan atau performansi berbahasa, yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa mempergunakan bahasa dalam berkomunikasi atau menampilkan aktivitas berbahasa dan berapresiasi sastra. Contoh penilaian performansi bahasa/unjuk kerja adalah menulis eksposisi, menulis puisi, membuat naskah pidato, berwawancara Bentuk instrumen ini dapat dikatakan sebagai penilaian otentik karena siswa diminta langsung menunjukkan keterampilan berbahasanya di hadapan guru secara langsung.

Senin, 18 Mei 2009

Sekilas Cara Membuat Proposal PTK

Cara Membuat Proposal PTK

Menemukan masalah pembelajaran merupakan langkah awal dalam PTK. Masalah pembelajaran sangat beragam, seperti masalah yang berkaitan strategi pembelajaran, hasil belajar siswa, sarana dan fasilitas pembelajaran, atau kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Untuk menemukan masalah, perlu dilakukan identifikasi masalah.

  1. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: melakukan refleksi untuk mendiagnosis pembelajaran yang kita kelola, melihat hasil belajar siswa, atau melakukan diskusi dengan teman sejawat, bahkan dengan kepala sekolah atau dosen LPTK.

  2. Masalah yang sudah diidentifikasi perlu dianalisis agar akar penyebab masalah dapat kita temukan. Analisis masalah dapat dilakukan paling tidak dengan tiga cara: yaitu: (1) merenungkan kembali masalah tersebut dengan melakukan introspeksi/refleksi melalui pertanyaan yang ajukan pada diri sendiri, mengapa masalah tersebut sampai terjadi: (2) bertanya kepada siswa baik melalui angket maupun wawancara langsung tentang persepsinya terhadap pembelajaran; serta (3) menelaah berbagai dokumen seperti pekerjaan rumah siswa, soal-soal ulangan, serta hasil ulangan/latihan siswa. Analisis berakhir jika akar penyebab masalah sudah ditemukan.

  3. Berdasarkan akar penyebab masalah, kita dapat merumuskan masalah pembelajaran dalam bentuk masalah/pertanyaan penelitian, yang akan dicari jawabannya dalam PTK. Sehubungan dengan itu, rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat tanya, mengandung aspek yang akan diperbaik’ dan upaya memperbaikinya.

  4. Setelah masalah dirumuskan, hal berikut yang perlu dilakukan adalah mengembangkan tindakan perbaikan, yang diperkirakan dapat mengatasi masalah pembelajaran. Untuk mengembangkan tindakan perbaikan perlu dilakukan hal-hal berikut. Pertama, kaji teori-teori yang relevan. Kemudian, tetapkan teori mana yang kira-kira sesuai diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut. Kedua, berdiskusi dengan pakar pembelajaran/pakar bidang studi untuk menemukan cara perbaikan atau memvalidasi teori yang sudah ditetapkan. Ketiga, kita dapat mengingat pengalaman kita sendiri dalam mengatasi masalah yang serupa.

    Bagaimana pendapat Anda tentang rangkuman tersebut? Apakah sudah memuat butir-butir yang Anda anggap penting? Bagaimana pula dengan rangkuman yang Anda buat sendiri? Jangan kecewa jika rangkuman itu tidak sama. Sekarang bersiaplah mengerjakan Tes Formatif 2, untuk menguji tingkat penguasaan Anda.


Perencanaan Kegiatan

  1. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RP) dibuat dengan menggunakan format yang hampir sama dengan format Rencana Pembelajaran (RP). Bedanya, dalam RPP terdapat tujuan perbaikan, deskripsi kegiatan lebih rinci, pertanyaan, soal, dan kunci jawaban dicantumkan secara lengkap, sedangkan dalam RP unsur-unsur tersebut tidak selalu ditulis. Format dapat disesuaikan dengan format yang berlaku di sekolah masing-masing.

  2. Untuk membuat RPP yang akurat dan dapat diandalkan dalam pelaksanaan, perlu dilakukan langkah-langkah: (1) membuat skenario pembelajaran, (2) menyiapkan sarana dan fasilitas pembelajaran, (3) menyusun RPP secara lengkap, (4) mensimulasikan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP untuk melihat kelayakannya, serta (5) menyempurnakan RPP berdasarkan hasil simulasi.

  3. Prosedur dan alat pengumpul data dtentukan berdasarkan masalah dan tujuan perbaikan. Jika guru meminta teman sejawat untuk mengobservasi pelaksanaan perbaikan, lembar observasi harus disepakati terlebih dahulu. Karena data yang dikumpulkan lebih cenderung kepada data kualitatif, maka prosedur dan alat pengumpul data dapat berupa observasi dengan menggunakan lembar observasi, wawancara berdasarkan panduan wawancara, catatan guru, dan refleksi.

  4. Proposal PTK diperlukan jika guru ingin ikut perlombaan PTK atau mendapat dana untuk melaksanakan PTK yang diusulkan. Format proposal biasanya ditentukan oleh sponsor/ penyelenggara. Dari segi administratif proposal dapat bervariasi, namun dari segi substansi ke-PTK-an, pada umumnya sama. Komponen kunci sebuah proposal PTK adalah sebagai berikut.

    1. Judul.

    2. Bidang Kajian.

    3. Pendahuluan, yang memuat latar belakang munculnya masalah serta akar penyebab masalah.

    4. Perumusan dan pemecahan masalah, yang terdiri dari: (1) perumusan masalah, (2) pemecahan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

    5. Kajian Pustaka.

    6. Rencana dan Prosedur Penelitian.

  1. Di samping komponen kunci, juga terdapat komponen pendukung/komponen administratif, seperti:jadwal penelitian, personalia penelitian, biaya penelitian, dan lampiran.

Bagaimana dengan rangkuman yang Anda buat? Apakah sudah memuat konsep-konsep esensial yang diperlukan dalam merencanakan dan membuat proposal PTK? Jika belum, Anda dapat melengkapinya. Kini tiba saatnya Anda mengerjakan Tes Formatif 2, untuk menguji tingkat penguasaan Anda

meningkatkan profesional guru melalui KKG

Apalah artinya kata profesional jika tidak diimbangi dengan sikap dan perbuatan…! Kata “profesional” mengandung arti sebuah “keahlian” dan “kepakaran”

Keahlian seseorang dapat dinilai berdasarkan asas kepatutan dan kaidah-kaidah yang berlaku. Ketika kaidah, aturan, dan tuntutan diberlakukan pada sebuah tatanan profesi, khususnya dunia pendidikan, maka yang menjadi tujuannya adalah guru.

UU RI Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa, yang dimaksud dengan profesional adalah, “pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.

Sebuah pernyataan yang mencengangkan dikemukakan mantan Menteri Pendidikan Nasional Wardiman Djoyonegoro (Mulyasa, 2006:3) bahwa, “Hanya 43% guru yang memenuhi syarat.” Artinya, 57% tidak atau belum memenuhi syarat, tidak kompeten, dan tidak profesional. Menyadari hal tersebut, sikap profesional serta kemampuan guru SD sebagai tenaga pendidik, pengajar, sekaligus sebagai tenaga administrasi perlu terus ditingkatkan profesionalismenya.

Ada pertanyaan yang selalu dilontarkan berkenaan dengan kata “profesional”. Betulkah sebagian besar guru SD belum profesional? Bagaimana caranya untuk meningkatkan profesionalisme guru SD? Dua pertanyaan di antaranya yang selalu penulis temukan dari beberapa orang guru, bahkan masyarakat pemerhati pendidikan.

Sebenarnya proses yang memerlukan usaha yang sungguh-sungguh adalah yang berkenaan dengan pertanyaan tentang, “Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru SD? Berdasarkan Keputusan Mendikbud RI No 0487 Tahun 1982 tentang Sekolah Dasar, dan Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 079/C/Kep./I/1993, tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru melalui pembentukan gugus sekolah di sekolah dasar, maka telah jelas bahwa, salah satu wadah atau tempat yang dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan profesional guru sekolah dasar di antaranya melalui kelompok kerja guru (KKG), selain peningkatan profesional melalui jenjang akademik berupa sekolah atau pendidikan formal.

KKG sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus, pada tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru yang lebih kecil, yaitu kelompok kerja guru berdasarkan jenjang kelas, dan kelompok kerja guru berdasarkan atas mata pelajaran. Untuk itu KKG memiliki tujuan, (1) memfasilitasi kegiatan yang dilakukan di pusat kegiatan guru berdasarkan masalah dan kesulitan yang dihadapi guru, (2) memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas dan mata pelajaran di sekolah, (3) meningkatkan pemahaman, keilmuan, keterampilan serta pengembangan sikap profesional berdasarkan kekeluargaan dan saling mengisi (sharing), (4) meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan (Pakem).

Melalui KKG dapat dikembangkan beberapa kemampuan dan keterampilan mengajar, seperti yang di ungkapkan Turney (Abin, 2006), bahwa keterampilan mengajar guru sangat memengaruhi terhadap kualitas pembelajaran di antaranya; keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil dan perorangan.

Berdasarkan tujuan dan sasarannya, KKG akan mampu memberikan solusi, dan sebagai sarana meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru SD sesuai harapan dan tuntutan. Semoga!


Bagaimana cara orang belajar dan mengingat

  1. Ada beberapa langkah atau tahap yang termasuk ke dalam proses belajar dan mengingat. Pertama, informasi masuk ke otak melalui sumber-sumber yang beraneka macam. Dalam situasi belajar-membaca, informasi masuk terutama melalui kegiatan membaca dan mendengar. Kedua, informasi itu salah satunya dibuang atau diingat sesaat. Mengingat sesaat atau mengingat singkat disebut mememori-jangka pendek. Kemudian, informasi dalam memori-jangka pendek Anda itu salah satunya juga dibuang dan dilupakan, atau ia ditransfer ke dalam ingatan yang permanen. Ingatan yang permanen disebut memori-jangka panjang. Apapun yang ingin Anda ingat lebih dari sekedar mengingatnya sesaat harus disimpan dalam memori-jangka panjang. Untuk meletakkan informasi dalam memori-jangka panjang itu perlu Anda pelajari. Akhirnya, tidak semua informasi yang sudah Anda pelajari dan Anda simpan dalam memori-jangka panjang serta berada di sana berbentuk yang dapat dengan mudah dipanggil kembali. Beberapa informasi terlupakan atau hilang; informasi lain dapat dimunculkan lagi atau didapatkan lagi.

Bagaimana Cara Kerja Memori-Jangka Pendek

Ingatan yang bersegera, atau jangka pendek itu, sangat terbatas dan tidak dapat diandalkan atau sangat bergantung pada tipe-tipe belajar yang permanen. Ingatan jangka pendek terbatas baik dalam hal lamanya informasi itu dapat dimiliki maupun dalam kapasitasnya (jumlah informasi yang bisa didapat pada satu waktu). Item-item atau fakta-fakta itu berada di dalam ingatan jangka pendek hanya kira-kira 15 detik. Kemudian, salah satunya hilang atau harus ditransfer ke memori-jangka panjang, melalui proses belajar.

Hakikat ingatan jangka pendek dapat dimanfaatkan untuk menjawab bermacam-macam teka-teka dari hari ke hari. Pernahkan Anda melihat nomor telefon kemudian berjalan ke kamar sebelah untuk memutar nomor itu hanya untuk mengetahui apakah Anda dapat mengingatnya? Anda mungkin lupa nomor itu sebab ia telah berlalu lebih dari lima belas detik dan memori jangka pendek Anda telah membuang informasi itu. Atau, ketika Anda sedang melihat nomor telefon seseorang, Anda langsung melihat nomor-nomor itu dalam buku alamat. Mengapa Anda tidak ingat alamat itu? Anda tidak sedang mencari alamat tertentu, sehingga alamat itu dibuang dan tidak disimpan dalam ingatan jangka pendek Anda.

Ingatan jangka pendek juga berperan penting dalam situasi belajar-membaca. Ingatan jangka pendek dapat menjelaskan mengapa Anda tidak dapat mengingat fakta-fakta dan detail dalam satu bab yang baru saja selesai Anda baca. Hal itu juga menjelaskan mengapa Anda tidak dapat mengingat isi suatu perkuliahan yang diberikan minggu lalu. Ketika Anda sedang membaca, Anda harus berusaha langsung mengidentifikasi informasi yang cukup berharga untuk diingat dan mentrasfernya ke ingatan jangka panjang. Informasi yang tidak diidentifikasi sebagai sesuatu yang penting akan dikeluarkan dari ingatan jangka pendek dan tidak pernah sampai pada ingatan jangka panjang.

Belajar: Mentransfer dari Ingatan Jangka Pendek ke Ingatan Jangka Panjang

Belajar, atau proses untuk bisa mengingat informasi, meliputi kegiatan memindahkan informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang. Dalam kenyataan, bagaimana Anda menyelesaikan dan mempelajari setiap informasi secara menyeluruh menentukan baik tidaknya serta lama tidaknya Anda akan bisa mengingat informasi itu.

Para psikolog sering menyebut proses pemindahan informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang sebagai "pengulangan, latihan, atau repetisi (rehersal). Istilah "pengulangan" akan menjadi lebih bermakna jika Anda memikirkan sekelompok paduan suara yang sedang berlatih menyanyikan sebuah lagu atau sekelompok pemain yang sedang berlatih untuk sebuah lakon. Anggota-anggota paduan suara mempelajari lagu itu dengan cara mempraktekknya. Para aktor juga mempelajari bagian-bagian naskah dengan cara berlatih dan pengulangan. Pertama, mereka bekerja adegan demi adegan dan babak demi babak, akhirnya mereka melakukan pengulangan seluruh pertunjukan itu lengkap dengan kostumnya. Pengulangan, kemudian, meliputi beberapa tipe repetisi informasi agar dapat mengingatnya.Ketika Anda sedang mempelajari informasi dari sebuah buku teks atau catatan perkuliahan, repetisi mungkin bisa dilakukan dengan cara mengucapkannya dengan suara nyaring atau pelan-pelan, dengan menuliskan informasi itu, atau dengan cara membaca ikhtisar informasi itu.

Belajar yang efektif, betapa pun, lebih dari sekedar melakukan pengulangan-pengulangan yang membosankan atas sebuah informasi. Informasi dapat diatur atau diususun supaya ia lebih mudah diingat. Juga, sebuah informasi baru dapat dihubungkan atau dikaitkan dengan informasi yang sudah dipelajari dan disimpan di dalam ingatan jangka panjang. Sebagai contoh, setelah menemukan sebuah nomor telefon, mungkin Anda bisa mengulang-ulang nomor itu, atau mungkin mencatatnya dengan suatu pola, misalnya 877-8777. Bisa juga mungkin Anda mengenalnya, terkecuali untuk digit terakhir, sebagai nomor yang sama dengan nomor telefon adik perempuan Anda. Masing-masing teknik yang ditawarkan --repetisi, pengorganisasian, dan mengaitkan dengan informasi yang sudah dipelajari-- merupakan bentuk-bentuk belajar, atau pengulangan.

Secara umum, Anda bisa saja mengatakan bahwa belajar itu sebagai sebuah proses penyimpanan informasi yang memungkinkan Anda bisa mendapatkannya kembali, atau menariknya keluar dari ingatan jangka panjang dengan mudah dan cepat.

Ketika Anda mempelajari bermacam-macam bab dari sebuah buku teks, yang dimaksudkan dengan pengulangan itu antara lain dapat berupa pemberian garis bawah atas prinsip-prinsip yang mendasari teknik-teknik belajar yang disajikan pada bagian akhir buku. Dalam bab 21, misalnya, disajikan teknik menggarisbawahi dan menandai buku teks. Teknik-teknik itu diperlukan ketika Anda mengidentifikasi dan menggarisbawahi ide-ide dan fakta-fakta penting serta ketika Anda memberikan catatan-catatan pingggir tentang sebuah paragraf atau isi bagian bacaan.Teknik menggarisbawahi, sesungguhnya merupakan bentuk dari pengulangan. Dengan cara memilih informasi untuk digarisbawahi, Anda sebenarnya sedang mengulangi informasi itu dan sedang menyortir yang penting-penting dari yang tidak penting. Dengan memberikan catatan pinggir, boleh jadi Anda sedang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, memberi label, atau mengikhtisarkan informasi; semua teknik itu merupakan bagian dari pengulangan.

Ketika Anda mencatat materi perkuliahan (didiskusikan pada Bab 22) pengulangan juga ambil bagian. Supaya tahu apa yang perlu dicatat dari apa-apa yang Anda dengar, Anda sesungguhnya sedang menyortir mana ide-ide penting dan mana yang detail atau contoh. Kemudian, pada saat Anda mencatat, Anda sesungguhnya sedang mengulangi informasi itu. Selain itu, pada waktu kuliah Anda tidak sekedar menyalin setiap kata dalam perkuliahan itu, Anda juga menyusun ulang, memparafrasekan (mengungkapkannya dengan kata-kata sendiri), dan menafsirkan informasi yang disajikan dalam perkuliahan itu.

Memori Jangka-Panjang

Memori jangka-panjang Anda berisi ratusan dari ribuan fakta, detail, kesan, dan pengalaman yang terakumulasi sepanjang hidup Anda. Sebenarnya bagaimana ingatan itu berkerja masih diperdebatkan dalam studi para ahli psikologi. Beberapa peneliti berpendapat bahwa ingatan merupakan proses kimiawi dan berhubungan dengan senyawa kimia yang diproduksi tubuh yang disebut RNA. Yang lain berpendapat bahwa ingatan itu harus bekerja dengan struktur susunan syaraf tubuh (gerak dan hubungan elektrik dalam susunan saraf). Meskipun tidak pasti bagaimana memori jangka-panjang bekerja, ada sejumlah faktor yang pasti mempengaruhi kualitas (bagus tidaknya serta lama tidaknya) kita dapat mengingat sesuatu.

Apakah Anda akan bisa mengingat sesuatu, sebahagian ditentukan oleh bagaimana Anda mempelajarinya secara menyeluruh dan lengkap. Sudah tentu, jika Anda tidak pernah bermaksud mempelajari suatu informasi, tampaknya Anda tidak akan bisa mengingatnya. Sebagai contoh, mungkin Anda sudah lupa apakah 25 Juni lalu turun hujan atau apakah Anda pergi ke toko itu 25 Mei setahun yang lalu.

Hal yang sama, jika Anda tidak melakukan usaha tertentu untuk mempelajari isi sebuah buku teks yang Anda baca, jangan berharap Anda akan bisa mengingatnya. Anda hanya bisa berharap bisa mengingat sesuatu jika Anda melakukan langkah-langkah khusus untuk menyimpan informasi itu di dalam memori jangka-panjang. Jika Anda mempelajari dan bermaksud untuk mengingat batang tubuh suatu informasi dan tetap masih tidak dapat mengingatnya, tampaknya Anda belum mempelajari materi itu secara menyeluruh atau secara lengkap. Coba perhatikan satu contoh dari kehidupan sehari-hari. Anggap saja Anda bekerja sebagai seorang arsiparis pada sebuah perusahan dan tugas atau tanggung jawab Anda adalah menyimpan dan mencari semua surat-menyurat, tagihan, dan order pembelian mana kala diperlukan. Jika Anda tidak mengarsipkan semua itu dan hanya meletakkan bahan-bahan itu bertumpuk begitu saja di atas meja, Anda tidak akan bisa menemukan apa pun dengan segera. Atau jika Anda mengarsipkan bahan-bahan itu tidak sempurna dengan cara menumpuknya di dalam satu dari lima laci lemari arsip, Anda tetap tidak akan dapat mencari bahan secara cepat dan mudah. Bagaimanapun, jika Anda tidak mengerjakan pekerjaan dengan baik dan sepenuh hati, mengarsipkan segala sesuatu di dalam lemari, laci, dan tempat arsip yang tepat, Anda tidak akan bisa mendapatkan informasi apa pun dalam sekejap. Anda mungkin bisa melihat situasi yang sama atau sejajar dengan belajar. Belajar, dalam satu pengertian, merupakan satu tipe pengarsipan terhadap informasi yang Anda simpan (arsipkan) di dalam ingatan. Kita mengarsipkan informasi-informasi itu lebih utuh dan akurat, yang lebih mudah yang akan bisa Anda ingat. Diterapkan dalam situasi membaca-belajar, faktor ini sangat menyarankan pentingnya me-review dan mengecek yang sedang Anda pelajari supaya benar-benar lengkap dan menyeluruh.

Faktor kedua mengontrol sebaik apa Anda akan bisa mempelajari sesuatu yang disebut interferensi. Ini dapat mengandung makna bahwa Anda lupa sesuatu yang telah dipelajari karena sesuatu yang baru mengganggu Anda. Misalkan saja Anda mempunyai seorang teman yang bernama Paula N. Pamungkas, dan Anda tidak pernah mengalami kesulitan dalam mengingat namanya. Kemudian, Anda memiliki teman yang lain yang bernama Pamela N. Pamungkas, dan sekarang Anda sering salah memanggil teman lama Anda dengan Pamela. Nama orang kedua mengganggu yang sudah ingat pertama, bahkan meskipun pada suatu saat sudah dipelajari secara menyeluruh dan lengkap. Gangguan yang sama dapat terjadi antara bermacam-macam lingkup subjek atau antara isi yang hampir sama dalam satu lingkup subjek. Kita akan mudah bingung, misalnya, untuk mengingat istilah --"endomorph" dan "ectomorph" yang mengacu pada tipe tubuh dasar-- ketika sedang mempelajari fisiologi manusia karena istilah-istilah itu mirip.